Monday, April 11, 2016

KENAPA 'LUAR BATANG' ?

Sejarah Kawasan Luar Batang
Pemprov DKI, meneruskan tren-nya diawal tahun 2016 ini dengan menertibkan daerah-daerah 'Legenda' di seluruh Wilayah ibukota. Setelah kehebohan penertiban daerah Kalijodo yang terkenal dengan 'Lokalisasinya'  dan saat ini seluruh media Televisi maupun Online dimeriahkan dengan berita penertiban daerah Legenda lainnya yaitu Kawasan Luar Batang, yang berlokasi di daerah Penjaringan, Jakarta Utara,  letaknya terhimpit terusan Pelabuhan Sunda Kelapa dan kawasan perumahan elite Pluit. 

Taukah Anda kawasan Luar Batang merupakan salah satu dari 12 Jalur Destinasi Wisata Pesisir di Jakarta Utara oleh karenanya Pemprov DKI menertibkan daerah tersebut untuk dikembangkan menjadi daerah wisata.

Kawasan ini memiliki sejarah keberadaan yang panjang dan terkenal karena terdapat makam keramat yang ada di dalam masjid kawasan tersebut.
Makam tersebut merupakan makam Sayid Husein bin Abu Bakar bin Abdullah Al-Aydris, seorang penyebar agama Islam yang diyakini sebagai keturunan Nabi Muhammad
Masjid Luar Batang (@serabutan_mlg 28/03/2016)
Puluhan tahun Sayid Husein berdakwah di kota-kota pesisir utara Pulau Jawa, dari Batavia sampai Surabaya. Dirinya wafat sekitar tahun 1796, dan dimakamkan di luar masjid yang dibangun di tahun yang sama. Masjid Luar Batang mengalami renovasi dan diperluas pada 1827.
Ada 2 hal yang mendasari asal muasal nama “Luar Batang” , yang pertama berdasarkan cerita turun temurun masyarakat Luar Batang dimana diceritakan terdapat peristiwa 'ajaib' yang terjadi pada jenazah Sayid Husein. Saat keranda, atau kurung batang dalam istilah Betawi, tempat jenazah Sayid Husein dibuka, jenazahnya raib dari kurung batang tanpa dilihat seorang pun.

Yang kedua , buku Oud Batavia yang ditulis Frederik de Haan mengungkap, kawasan ini disebut Luar Batang karena terletak di luar batang penghalang yang diletakkan melintang di muara Ciliwung. Penghalang tersebut terbuat dari batang kayu dan diperkuat dengan besi.
Dalam bahasa Belanda batang kayu disebut boom. Kata boom sudah tertera pada peta yang diperkirakan dibuat pada 1623. Jika perahu ingin melintasi penghalang tersebut, mereka wajib membayar bea masuk. Kawasan yang berada di luar penghalang inilah yang kemudian disebut dengan Luar Batang atau dalam bahasa Belanda disebut buiten de boom.

Pada tgl 28 Maret 2016, admin @serabutan_mlg berkesempatan mengunjungi Masjid Luar Batang dan berkeliling ke tempat-tempat disekitarnya, yang saat ini sudah rata dengan tanah. Berikut potongan kisah Kawasan Luar Batang dan sekitarnya :
jembatan penghubung dari kawasan luar batang menuju pasar ikan

para nelayan tua 

ada kesombongan nun jauh disana

toko Setia yang setia berjualan aneka peralatan Qasidahan

para pedagang yang berjualan dijalan menuju Pasar Ikan

sebelah kiri Museum Bahari, sebelah kanan toko2 yang berjualan makanan,
aneka keperluan nelayan, aneka mainan tradisional,perlengkapan untuk Qasidahan
yang saat ini bagian sebelah kiri sudah rata dengan tanah

jalan menuju perkampungan nelayan
pewaris luar batang dan alumni warga luar batang
menara Syahbandar Museum Bahari
silahkan dipilih....pajangan terakhir

No comments:

Post a Comment